December 16, 2009

Jagalah Kehormatanmu, Wahai Ukhti...

oleh: Ummu Unaysah


Menjadi laki-laki atau perempuan memang bukan pilihan kita. Tetapi menjadi laki-laki yang baik atau buruk adalah sebuah pilihan dalam genggaman kita. Terlebih-lebih bagi perempuan, mau menjadi wanita shalihat atau ahli maksiat adalah pilihan yang harus diambil.

Dalam setiap tayangan TiVi, dapat dipastikan bahwa wanita senantiasa menghiasi semua program. Iklan-iklanpun bertaburan bintang-bintang wanita sekalipun barang yang dijual tidak ada hubungan sama sekali dengan wanita. Wanita sudah menjadi bagian penting dalam promosi, bahkan komoditi itu sendiri.

Tak jarang, wanita-wanita seperti ini menjadikan profesi bintang publikasi sebagai cita-cita dan tujuan hidupnya karena dengannya popularitas dapat diraih dan duitpun menumpuk di kantong. Untuk mencapai tujuannya ini tak jarang mereka menggunakan segala cara. Tubuh yang Allah anugerahkan untuk dijaga kehormatan dan ditutupi auratnya justru dieksploitasi habis-habisan. Tak sedikit yang kemudian menggadaikannya…

Duhai diri, apa yang akan kau sampaikan di hadapan Rabbmu di hari pengadilan nanti?

Ketika lidah dikunci dan setiap helai rambut menjadi saksi? Tatkala lisan tak berfungsi dan setiap degup hati dimintai pertanggungjawaban?

Itulah sebabnya menjadi wanita shalihat adalah sebuah keharusan. Karena wanita shalihat akan menjadi ibu shalihat dan ibu shalihat saja yang akan melahirkan generasi shalih dan shalihat. Dan hanya generasi shalih-shalihat yang mampu menjadikan dunia seisinya aman dan sentausa dalam ridla Allah SWT.

Oleh karena itu saudariku, tutuplah auratmu agar tak ada mata yang menjadi liar karenanya. Tutuplah dengan sempurna agar tak ada celah bagi setan untuk membeliakkan mata saudara-saudara kita. Lindungi aurat kita dengan santun dan mulia. Bukan ditutup tapi ditonjolkan. Bukan ditutup tapi diketatkan. Bukan ditutup tapi dibelah tinggi.

Tolonglah saudara-saudara lelaki kita agar teduh mata hatinya….

Duhai diri, tak cukup hanya menjilbabi fisikmu. Wajah cantik muslimah pun menggugah selera. Teduhkan wajahmu dengan malu kepada Allah SWT agar setiap senyummu menjadi sedekah, bukan penghias mimpi para jejaka. Jadikan lantunan suaramu sebagai tadzkirah bukan penghias telinga yang membuai para pendengarmu. Setiap sepak terjangmu jadikan jihad di jalanNYA agar barakah setiap amalmu. Siapapun kelak yang menjadi suamimu adalah mukmin shalih yang engkau percayakan sepenuhnya di tangan Rabbmu..

Wahai saudariku muslimah, jagalah kehormatanmu dan bersiaplah menyongsong dunia yang penuh persaingan!

Berjilbab bukanlah halangan untuk maju! Aisyah ra adalah contoh nyata bahwa hijab tidak menghalangi beliau sebagai guru para sahabat radliyyallaahu anhum. Ketinggian ilmu Bunda Aisyah tidak ada tandingannya. Shahabiyah yang lainpun menorehkan tinta emas dalam sejarah panjang kegemilangan Islam. Semuanya dilakukan dengan elegan, bermartabat dan berkualitas. Bukan dengan cara pintas yang menggadaikan harkat dan jati diri kita.

Wahai Ukhti shalihat, melesatlah ke depan memimpin kaum wanita karena di tanganmulah nasib bangsa ini ditentukan melalui generasi yang akan engkau lahirkan. Yakinlah bahwa setiap insan yang terlahir dari rahimmu adalah khalifah yang dinanti oleh dunia yang tengah sekarat ini….


Source: eramuslim.com

December 14, 2009

IMBANG!!!

Sungguh merugi orang-orang yang tidak bisa memanfaatkan setiap waktunya untuk kebaikan. Seringkali kita tidak menyadari dari setiap kebaikan yang kita lakukan ada ribuan nikmat yang mengiringinya. Kita seringkali lebih tertarik dengan kesenangan-kesenangan dunia yang semu hingga melupakan kesenangan yang hakiki. Nastaghfirulloh...




Olah Raga iya, Tafakur juga
Having Fun iya, Tho'at jg harus
Kerja iya, Ibadah jgn lupa
Main boleh, Ngaji tetep jalan
Baca Komik seru, Tilawah gak kalah seru
Kumpul-kumpul menyenangkan, datang Liqo' lebih mencerahkan
Nonton bola mengasyikkan, Qiyamullail lebih menenangkan
Mandi sauna merilekskan, air wudhu cukup menyegarkan

Masih punya waktu senggang??

December 12, 2009

Saat Ajal Menjelang...!

Pernahkan kita berhenti sejenak, dan bertanya pada diri kita sendiri, apa yang terjadi pada kita di malam pertama ketika kita meninggal?

Apa yang telah kita persiapkan untuk kematian—sesuatu yang pasti datang kepada kita? Apakah kita akan berada di tempat yang baik ataukah di tempat yang buruk? Seberapa sering kita mengingat mati? Pikirkanlah sejenak, saat dimana tubuh kita dimandikan dan akan segera dikuburkan.

Pernahkah kita memikirkan saat dimana orang-orang membawa tubuh kita ke pekuburan? Dan ketika semua keluarga kita menangis.


Pernahkah kita memikirkan saat tubuh kita diletakkan di dalam liang lahat? Semuanya gelap, dan hanya tanah dan tanah belaka.

Di saat itu, kita menyadari kita sendirian. Tak ada orang lain, dan semuanya begitu sempit. Tulang-tulang kita bahkan saling berdesakkan sendirinya.

Mungkin saat itu kita tengah menyesali semua perbuatan buruk kita di dunia. Kita mungkin baru menyesali akhlak kita terhadap orang tua kita, kita menyesali mengapa kita tidak mengenakan hijab. Tak ada uang. Tak ada perhiasan. Yang ada hanya semua perbuatan kita.

Dan ketika kita ditutup, mungkin kita ingin berteriak dan menyeru semua orang agar jangan pergi dari kuburan kita. Tapi kita tak bisa terdengar. Kita mendengar langkah kaki mereka menjauhi kita. Dan kemudian, di situlah kita berada, rumah masa depan kita yang pasti akan kita tempati. (sa/prisonerofjoy)


source: eramuslim.com

22 Tahun, Hamas Makin Matang Sebagai Gerakan Revolusi di Timur (Islam)

Gerakan Perlawanan Islam Hamas kini sudah memasuki usianya yang ke-22 tahun. Sejak didirikan, gerakan yang mengakar dalam dan jauh di dalam masyarakat, ini mampu mengatasi kesulitan-kesulitan yang ada di depannya. Penjajah Zionis Israel, sejak gerakan ini ada terus melancarkan penangkapan kader-kader dan pemimpinya dan membunuh mereka. Menjadikan institusi-institusinya sebagai target serangan dengan tujuan untuk menundukkan dan menghabisinya. Namun yang ditemui Israel hanyalah kegagalan. Gerakan Hamas terus mengalami serangan dari jenis yang sama, namun dari otoritas Abbas di Tepi Barat, di samping dari pihak penjajah Israel. Hanya saja upaya-upaya ini selalu gagal total, terutama pada masa ketika gerakan menyebar luas.

Timur Islam dan Palestina, secara khusus, mengalami perkembangan jelas dan signifikan dalam pertumbuhan dan penyebaran kebangkitan Islam, seperti negara Arab yang lainnya. Hal ini yang membuat gerakan Islam tumbuh dan berkembang secara pemikiran dan organisi, terutama setelah usulan kompromi yang menyerukan melepaskan prinsip-prinsip dasar dalam konflik dengan proyek Zionis. Di mana entitas Zionis diberi pengakuan hak untuk eksis di atas tanah Palestina yang diberkati, dan melepaskan sebagian tanah Palestina untuk Zionis Israel, bahkan sebagian besarnya, dalam keadaan strategi perjuangan bersenjata menurun, demikian juga perhatian Arab dan internasional terhadap persoalan Palestina menurun.

Perkembangan ini mengundang berdirinya gerakan Islam yang mampu membawa obsesi bangsa dan warga negara, menentang proyek Zionis. Di mana bersamaan dengan berakhir tahun 1987, kondisi itu sudah cukup matang untuk munculnya proyek Islam baru, menghadapi proyek Zionis dan perluasannya. Sebuah proyek Islam baru yang berdiri di atas dasar baru sesuai dengan perubahan internal dan eksternal, maka berdirilah sebuah gerakan (islam) yang diberkati di Palestina, Gerakan Perlawanan Islam "Hamas"; untuk mengekspresikan secara konkrit optimism faktor-faktor ini, agar menjadi mercu suar bagi bangsa Palestina di tanah air dan di diaspora (di luas Palestina). Dan juga agar menjadi duri dalam tenggorokan penjajah Zionis dan menghentikan perluasan perampasan oleh musuh, serta memotong jalan bagi semua proyek untuk melikuidasi persoalan Palestina dan mengakhiri proses pelepasan tanah Palestina kepada Yahudi Zionis.

Berdirinya gerakan Hamas ini mulai mencemaskan sarang-sarang Zionis Israel. Impian Zionis terus di bawah baying-bayang ancaman perlawanan Islam yang dipimpinan gerakan Hamas. Menculnya gerakan ini telah menimbulkan ketakutan di pihak Zionis. Badan-badan intelijen Israel terus memobilisasi semua kekuatannya untuk memonitor gerakan ini dan para pemimpinnya. Namun penjajah Israel mendapatkan respon publik dengan melakukan pemogokan dan kegiatan-kegiatan lain yang hanya diserukan sendiri oleh gerakan perlawanan sejak awal didirikan dan dikeluarkannya Piagam Gerakan. Sampai akhirnya terjadi penangkapan terhadap kader-kader dan para pendukungnya sejak saat itu. Operasi penangkapan terbesar dialami gerakan kala itu terjadi pada bulan Mei 1989, di antara korbannya adalah pemimpin lagi pendiri gerakan Syaikh Ahmad Yasin.

Hamas pun akhirnya menempuh jalur militer mulai tahun 1990 dan akhirnya melakukan perlawanan terbuka hingga banyak pemimpin gerakan ditangkapi dan diasingkan dalam pembuangan (tahun 1994). Dan konfrontasi terbuka terus berlanjut hingga kemudian Hamas terlibat dalam kancah pertarungan politik dengan melibatkan diri dalam pemilihan legislatif pada Januari 2006.

Menang dalam pemilu legislatif, Hamas akhirnya berhasil membentuk pemerintahan Palestina. Keberhasilan Hamas ini semakin membuat Amerika dan Israel geram hingga melancarkan blokade terhadap pemerintah yang dipimpin Hamas. Meski sudah terjun dalam perjuang politik, Hamas sama sekali tidak pernah meninggalkan perlawanan bersenjata. Terlebih dalam upaya membebaskan para tahanan Palestina dari penjara Zionis Israel, hingga akhirnya melakukan penyanderaan serdadu Israel Gilad Shalit. Dan Hamas pun terus mendapatkan tekanan dari dunia internasional yang dipimpin tim kuartet. Namun gerakan ini tetap dengan jalan yang ditempuhnya, untuk mempertahankan prinsip-prinsip dan hak-hak rakyat Palestina. (seto/infopalestina)

source: suara01.wordpress.com

December 11, 2009

Siapakah Al Mujahid Itu???

"Aku mampu membayangkan almujahid itu sebagai seorang lelaki yg senantiasa menyiapkan diri dan bekal, berupaya menguasai pikiran yang memenuhi sudut jiwa dan segenap jurusan hatinya. Dia senantiasa berfikir dan mencurahkan seluruh perhatiannya pada persiapan yang terus menerus. Apabila diseru dia menyahut. Apabila dipanggil dia menjawab. Pulang dan perginya, perkataan dan bicaranya, kesungguhan dan gurauannya tidak melampaui batas. Dan tidak mengambil peran yang tidak diberìkan padanya. Dia berjihad dijalan-Nya. Kamu bisa membaca dari air mukanya, melihat pada kilauan matanya dan mendengar pada gerak lidahnya, dan segala yang bergelora dalam hatinya berupa hawa yang melekat, kesakitan yang terpendam, keazaman yang benar, kesungguhan, cita-cita yg tinggi dan pandangan yang jauh senantiasa memenuhi jiwanya"
-Asy Syahid Imam Hasan Al Banna-

Jadikan kami sebagai bagian dari Barisan Mujahid yang senantiasa berusaha menegakkan Diin ini ya Rabb. Aamiin.

December 9, 2009

Inilah Cinta..!!!

Seorang anak laki enam tahunan tampak berlari menjauh dari rumahnya. Beberapa saat sebelumnya, suara kaca pecah sempat menghentikan kesibukan orang-orang di sekitar rumah. Ada penjual jamu, tukang sayur yang lewat, beberapa orang yang berlalu lalang. Mereka menoleh sebentar, dan berujar pelan, "Ah, anak itu lagi!"

Perilaku nakal anak itu ternyata bukan pemandangan baru buat orang-orang yang kerap berada di sekitar rumah. Hampir tiap hari, bahkan bisa tiga kali sehari, anak itu melakukan kegaduhan. Dan kegaduhan itu selalu terjadi di sekitar rumahnya. Mulai suara gelas yang pecah, dobrakan pintu, dan yang baru saja terjadi, pecahnya kaca jendela.

Seperti biasanya, seorang ibu keluar sesaat setelah anak nakal itu berlari menjauh dari rumah. Sambil memanggil-manggil sang anak, ibu itu tidak memperlihatkan rona marah yang membara. Tidak juga berteriak-teriak mengancam, umumnya seorang yang memendam kesal. Ia hanya memanggil-manggil nama anaknya dan dua kata setelahnya, "Sini sayang!"

Kali ini, sang anak tidak seperti biasanya yang terus berlari menjauh. Ia berhenti. Ia menoleh ke arah suara yang memanggil-manggil namanya. "Ibu," desisnya pelan. Wajah kesalnya tiba-tiba pudar berganti penyesalan. Dan ia pun membiarkan dirinya dihampiri seseorang yang ia sebut ibu.

"Nak!" suara sang ibu sambil tangan kanannya meraih rambut sang anak. Tangan itu pun membelai lembut rambut sang anak.

"Bu, ibu nggak marah?" suara sang anak sambil wajahnya mendongak menatap wajah sang ibu. "Anakku, kenapa ibu harus marah?" jawab sang ibu singkat.

Sang anak pun tiba-tiba mendekap ibunya yang agak membungkuk mensejajarkan diri dengan anaknya. "Bu," suara sang anak tiba-tiba. Sambil terus membelai rambut sang anak, wajah sang ibu makin memperlihatkan senyumnya yang sejuk di mata anaknya. "Ada apa, sayang?" ucap sang ibu lembut.

"Kenapa ibu bisa seperti ini? Padahal aku sudah begitu nakal?" tanya si anak yang mulai mengendurkan dekapannya.

"Anakku," ujar si ibu. "Inilah cinta!" lanjut suara sang ibu sembari tetap menampakkan senyum lembut kepada anaknya.

***

Begitu banyak tingkah nakal anak-anak manusia di bumi ini. Begitu banyak kerusakan yang mereka tampakkan sehingga kehidupan menjadi gaduh. Orang-orang yang kebetulan berada di sekitar kegaduhan pun ikut merasakan gangguan-gangguan itu.

Tapi, bersamaan dengan tingkah nakal itu, selalu muncul suara-suara lembut yang memanggil-manggil anak manusia untuk kembali. Seolah, suara panggilan itu mengatakan, "Kembali, sayang!"

Padahal, anak-anak manusia yang nakal itu sedikit pun tidak sebanding dengan kegagahan gunung yang menjulang, kedahsyatan halilintar yang siap menyambar, kekokohan susunan bebatuan bumi yang begitu mudah menghimpit makhluk yang hidup di atasnya. Belum lagi dengan kedahsyatan terjangan ombak samudra yang bisa berubah drastis menjadi begitu menyeramkan.

Tapi kenapa, justru suara lembut yang selalu memanggil-manggil dari balik menjauhnya anak-anak manusia yang nakal.

Cinta. Itulah mungkin sebuah jawaban yang pas. Seperti yang diucapkan sang ibu kepada anaknya, "Cinta anakku!" Atau dalam bahasa yang lain, seperti yang diucapkan oleh Yang Maha Sayang, "Warahmati wasi'at kulla sya'i, cinta-Ku meliputi segala sesuatu!" (muhammadnuh@eramuslim.com)

August 11, 2009

Shaf Terdepan


Adzan maghrib berkumandang dengan merdunya memanggil hamba-hambanya yang ta’at mengagungkan-Nya. Aku masih sibuk mandi, setelah beberapa saat sebelumnya bersantai-santai melepas lelah sepulang kerja. Terlambat, ya, aku berfikir bakal terlambat datang ke masjid, karena tepat ketika saya membuka pakaian, bedug di masjid sudah dipukul. Selesai mandi aku langsung ambil air wudhu di kontrakkan.

Dengan memakai koko berwarna hijau, bawahan sarung lengkap dengan peci di kepala, kupenuhi panggilan-Nya di masjid terdekat. Cukup dengan berjalan kaki karena jaraknya yang dekat, bahkan tempat sholatnya saja terlihat dari kontrakan ku.
Sesampainya di masjid, iqomah tengah di kumandangkan. “Alhamdulillah” seru ku di dalam hati. Akupun mendapatkan shaf pertama, karena jamaah di masjid itu cenderung bermalas-malasan untuk mengambil shaf terdepan. Aku berdiri paling kanan ke tiga di belakang imam. Saat itu aku merasa shaf pertama itu masih cukup untuk menampung satu orang lagi disampingku, maka aku sedikit bergeser ke kiri untuk memberi kesempatan kepada ma’mum yang lain yang ada di belakangku mengisinya. Sambil menoleh ke belakang, aku memberikan isyarat kepada anak kecil yang ada di belakang untuk mengisi shaf yang kosong di sebelahku. Miris, sungguh aku merasa miris sekali mendengar orang-orang dewasa di belakangku menanggapi tindakanku itu. “sempit teing, moal muat, enggeus-enggeus ah..!!*”, seru mereka. “MasyaAlloh” aku hanya bisa membatin. Seandainya mereka tau keutamaan sholat di shaf terdepan, aku yakin mereka akan berebut untuk mendapatkannya.
Tapi dalam hati aku masih memberikan pemakluman, namanya juga orang tua, orang kampung lagi, mungkin jalan pemikirannya masih seperti itu. Entahlah, bisa dibenarkan atau tidak pemakluman semacam itu. Hatiku pun berbisik, seharusnya ini menjadi tanggung jawab imam ketika hendak memulai sholat berjama’ah. Tapi lagi-lagi dalam pikiranku mendebat halus, kenapa si imam tidak mengingatkan...?
Aku pun menoleh ke arah imam, “sudah, ia sudah mengingatkan”, hatiku berseru. Tapi memang orang-orang itu yang tidak dengar atau pura-pura tidak dengar. Ya Alloh ampunilah cara berfikirku yang sempit, karena aku sudah ber-suudzhon terhadap mereka yang notabene sesama muslim.
Sholat berjama’ah pun didirikan dengan shaf kurang rapih (baca: rapat) di shaf pertamanya. Pikiranku masih melayang-layang memikirkan apa yang baru saja kualami itu, bahkan sampai imam mengucapkan salam. Astaghfirulloh...!!!
Wallohu a’lam...

* terlalu sempit, tidak akan cukup, sudah-sudah ah!

Malam Nisfu Sya’ban


Sang mentari sempurna sudah bersembunyi di ufuk barat, sang mega merah di langit pun mulai terusir hitamnya malam. Meskipun ada ribuan bahkan jutaan bintang, hanya beberapa yang tampak bersinar, sisanya tak kuasa melawan jarak yang begitu jauh dari bumi ini. Dari balik awan, sang bulan, meskipun nampak purnama penuh, masih malu-malu mengintip. Semeribit angin meniup-niup lembut daun pepohonan yang tengah asyik bertasbih mensucikan asma-Nya.
Di beberapa tempat di muka bumi-Nya ini, berkerumun orang-orang. Di masjid di depan kontrakkanku juga banyak orang yang sedang berkumpul. Pakaiannya bersih, rapi meski masih terkesan seadanya. Sebagian besar laki-laki yang memakai baju ’koko’ dan kain sarung lengkap dengan pecinya, sisanya ibu-ibu, beberapa anak remaja dan anak-anak. ”Mau sholat ’nisfu’”, demikian kira-kira jawaban mereka kalau ditanya mau ngapain pada ngumpul di masjid?
Pikirku melayang-layang, kapan kira-kira peristiwa seperti itu aku jumpai lagi. Ya, aku ingat, orang-orang kampung berkumpul di masjid pada malam 'nisfu sya’ban’, pada malam-malam awal bulan Romadhon, pagi hari idul fitri dan idul adha, malam-malam peringatan ‘muludan’ dan ‘rajaban’. Selebihnya jarang sekali aku jumpai pemandangan seperti itu. Orang-orang kampung, laki-laki, perempuan, tua, muda sampai anak-anak semua keluar rumah untuk pergi ke masjid.
“Alhamdulillah,” gumamku dalam hati, “masih banyak orang yang mau datang ke masjid”. Ya meskipun hanya pada waktu dan acara tertentu setidaknya mereka masih ingat dengan masjid. “Kenapa tidak semua malam itu malam nisfu?” pertanyaan bodoh itu tiba-tiba muncul dalam pikiranku, “atau tiap malam diadain ‘muludan’, ‘rajaban’, kan seru tuh tiap malam banyak orang yang berbondong-bondong pergi ke masjid.” Ah... dasar pikiran bodoh, mana mungkin tiap malam itu ‘muludan’, ‘rajaban’, atau ‘nisfu sya’ban’.
“Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.” (QS. Yunus: 5)
Maha Besar Alloh yang telah menciptakan matahari dan bulan dengan orbitnya masing-masing.
Idealisme-ku berontak, mengapa hanya pada malam-malam tertentu saja kita bersemangat pergi ke masjid? Apakah Islam menganjurkan pergi ke masjid hanya pada waktu-waktu tertentu saja? Tidakkah mereka pernah mendengar ancaman Rosululloh tentang rumah yang ada kaum laki-lakinya tapi tidak sholat berjamaah? Tidakkah mereka tau tentang kisah seorang buta yang bertanya kepada Rosululloh tentang kewajiban sholat berjamaah?
Wallohu a’lam
-mazchay-

February 27, 2009

Kita Semua Dalam Posisi Terbaik

Sedang berada dimana perjalanan hidup Anda? Jika Anda merasa bahwa hari-hari sial dan apes sedang mengunjungi Anda, mungkin merasa kehidupan ini buruk. Atau Anda gagal dalam ujian dan promosi terasa, gelap masa depannya. Mungkin pula Anda sedang dilanda kesulitan keuangan, keluarga, hubungan suami istri atau bencana alam, semuanya menghimpit hati kita.


Namun ketahuilah, Allah telah memberikan yang terbaik pada detik ketika Anda membaca tulisan ini. Allah SWT adalah Khaliq yang Sangat Penyayang kepada hamba-Nya. Allah pasti memberikan posisi dan keadaan terbaik kapanpun dan dimanapun.

Rahmat Allah meliputi segala sesuatu. Pastilah dibalik semua kesulitan yang dirasakan itu berbagai hikmah akan kebesaran-Nya akan ditemukan. Himpitan kehidupan dan kesulitan ini bagian dari kebaikan Allah SWT kepada mahluknya untuk senantiasa beribadah kepada-Nya.

Kita semua dalam keadaan terbaik dalam kehidupan kita. Sungguh Allah SWT telah melimpahkan begitu banyak kasih sayang mulai dengan memelihara detak jantung kita, memelihara mata kita, pendengaran kita dan nurani kita sehingga semua potensi ini seyogyanya menjadi ajang rasa syukur.

Janji Allah sendiri manakala kita bersyukur, senantiasa mengingat nikmat-Nya, maka Allah SWT akan menambah segala kenikmatan dunia yang fana ini dan membalasnya dengan kenikmatan abadi di akhirat kelak.

Jadi tidak ada waktu bagi kita berkeluh kesah. Bangkitlah ! Bangkitlah untuk senantiasa mensyukuri segala karunia yang kita peroleh. Dengan itu kita akan menambah keimanan karena Allah Maha Pemurah dengan Rezekinya dan Allah Maha Kasih Sayang akan hamba-hambaNya.

Wallohu a'lam...

February 14, 2009

Seorang Yahudi Naik Taksi

Pada suatu malam, ada seorang yahudi keluar dari hotel ternama di Jakarta. Malam itu, cuaca sedang sangat buruk, hujan deras diiringi petir dan halilintar yang menyambar kesana-kesini. Cuaca seperti itu tidak memungkinkan bagi si yahudi untuk keluar dari hotel tanpa kendaraan (baca: mobil).
Akhirnya dia memutuskan untuk meminta tolong kepada karyawan hotel untuk memanggilkan taksi. Seorang karyawan pun memanggilkan taksi untuk si yahudi tersebut. Tidak lama kemudia, datanglah sebuah taksi menjemput si yahudi. Melihat taksi tersebut si yahudi berseru kepada karyawan, "Jangan, jangan taksi yang ini...". Kemudian taksi tersebut pun meninggalkan lobby hotel. Beberapa menit kemudian datanglah taksi kedua, secara mengejutkan si yahudi tersebut juga bilang, "Jangan, jangan taksi yang ini...". Taksi kedua pun pergi meninggalkan lobby hotel. Hal serupa terjadi juga terhadap taksi kedua, ketiga, keempat dan seterusnya sampai taksi kesembilan.
Baru pada taksi yang kesepuluh, si yahudi tersebut mau naik taksi. Dengan nada penuh keheranan dan penasaran, karyawan hotel yang memanggilkan taksi untuk si yahudi itu bertanya, "Kenapa anda tidak mau naik taksi yang pertama, kedua, ketiga dan seterusnya?". Karyawan itu melanjutkan, "Dan anda baru mau naik taksi yang ke sepuluh?". "Sederhana saja,,," Jawab si yahudi dengan entengnya, "karena saya yakin, taksi yang ke sepuluh adalah milik orang yahudi".

Luar biasa, dari cerita di atas, kita bisa mengambil begitu banyak pelajaran. Mereka (orang-orang yahudi) rela menunggu sampai taksi ke sepuluh untuk memastikan bahwa uang yang mereka keluarkan akan kembali masuk ke kantong sesama orang yahudi. Dari situ terlihat jelas bahwa mereka sudah memboikot produk-produk orang Islam. Sedangkan kita, apa yang bisa kita lakukan, baru mau memboikot produk-produk pendukung perang israel saja kita harus berdebat sana-sini tanpa kesudahan.

Padahal dalam Islam, perintah untuk memboikot produk-produk orang kafir sudah ada 14 abad silam. Lihat firman-Nya dalam Q.S Al-Maidah: 88, Alloh mengatakan, "Dan makanlah dari apa yang telah Alloh rizkikan kepadamu yang halal lagi baik..."

Makanlah, pakailah, belilah yang baik bagi kesehatan, baik bagi ekonomi, baik bagi politik, baik bagi strategi peperangan, dan baik bagi kemaslahatan ummat Islam. Oleh karena itu, marilah kita mulai untuk mem-boikot produk-produk pro zionis. Mulai dari diri kita sendiri, mulai dari hal-hal yang kecil (yang kita bisa), dan mulai saat ini juga.
wallohu a'lam...