October 19, 2010

Bukan Kebebasan Merusak Agama!!!


Setiap agama memiliki prinsip dasar dan aturan yang bersifat pasti, tidak boleh ada perbedaan pendapat di dalamnya. Rukun Iman yang berjumlah enam, mulai dari iman kepada Allah SWT sampai iman kepada qada dan qadar/ketentuan Allah SWT (hadis riwayat Imam Bukhari Muslim), adalah bersifat pasti dan tetap.

Seorang Muslim dianggap keluar dari keislamannya manakala hanya mengakui dua atau tiga rukun iman saja. Rukun Islam yang berjumlah lima, mulai dari membaca dua kalimat syahadat sampai dengan melaksanakan ibadah haji bagi yang mampu (Hadis Riwayat Imam Bukhari), juga bersifat pasti dan tetap. Seseorang dinyatakan murtad apabila hanya mengakui dua atau tiga rukun Islam dan mengingkari rukun Islam yang lainnya.

Abu Bakar Shiddiq bersumpah akan memerangi orang yang hanya melaksanakan shalat, tetapi secara sadar dan sengaja enggan mengeluarkan zakat. Itu karena, kewajiban shalat dan kewajiban zakat adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya. Allah SWT dalam surah Al-Baqarah [2]: 43 berfirman, "Dan, dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan rukulah beserta orang-orang yang ruku."

Dalam menafsirkan ayat ini, Ibnu Mas'ud menyatakan bahwa tidak ada (pahala) shalat bagi orang yang mengingkari zakat. Dan, tidak ada pahala bagi orang yang menunaikan zakat, tetapi mengingkari kewajiban shalat.

Demikian pula kepercayaan dan keyakinan kepada Alquran dan Sunah Rasul yang merupakan sebuah kesatuan, yakin kepada Alquran harus pula yakin kepada Sunah. Ketaatan kepada Allah SWT harus pula diikuti dengan ketaatan kepada Sunah Rasulullah, sebagaimana yang termaktub dalam hadis-hadisnya.

Allah SWT berfirman dalam surah Ali Imran [3]: 32, "Katakanlah, 'Taatilah Allah dan Rasul-Nya. Jika kamu berpaling, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir." Karena itu, orang yang mengingkari Sunah sama dengan mengingkari Alquran. Demikian pula sebaliknya.

Aliran Ahmadiyah mengakui adanya nabi setelah Nabi Muhammad SAW. Padahal, sejak periode Rasulullah SAW sampai dengan akhir zaman, tidak ada nabi setelah Nabi Muhammad SAW. Perhatikan surah Al-Ahzab [33]: 40, "Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan, adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu."

Jika Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) tetap meyakini adanya nabi setelah Nabi Muhammad SAW, padahal sudah diberitahu dengan argumentasi yang lengkap dan cara-cara yang hikmah, mereka sama dengan menyatakan dirinya keluar dari dari ajaran Islam.

Tidak boleh dengan alasan kebebasan beragama atau alasan HAM merusak ajaran Islam yang sudah bersifat pasti dan tetap. Di Pakistan, aliran Ahmadiyah disebut sebagai kelompok minoritas non-Muslim. Sehingga, jika menjadi agama Ahmadiyah (tanpa membawa nama Islam), kewajiban kita (sebagai Muslim) untuk menghormati mereka (JAI). Wallahu A'lam.

diambil dari rubrik hikmah di republika

October 18, 2010

Download Film Sang Pencerah...

Sepulang dari Mekah, Darwis muda (Muhammad Ihsan Tarore) mengubah namanya menjadi Ahmad Dahlan. Seorang pemuda usia 21 tahun yang gelisah atas pelaksanaan syariat Islam yang melenceng ke arah sesat, Syirik dan Bid'ah.

Dengan sebuah kompas, dia menunjukkan arah kiblat di Masjid Besar Kauman yang selama ini diyakini ke barat ternyata bukan menghadap ke Ka'bah di Mekah, melainkan ke Afrika. Usul itu kontan membuat para kiai, termasuk penghulu Masjid Agung Kauman, Kyai Penghulu Cholil Kamaludiningrat (Slamet Rahardjo), meradang. Ahmad Dahlan, anak muda yang lima tahun menimba ilmu di Kota Mekah, dianggap membangkang aturan yang sudah berjalan selama berabad-abad lampau.

Walaupun usul perubahan arah kiblat ini ditolak, melalui suraunya Ahmad Dahlan (Lukman Sardi) mengawali pergerakan dengan mengubah arah kiblat yang salah. Ahmad Dahlan dianggap mengajarkan aliran sesat, menghasut dan merusak kewibawaan Keraton dan Masjid Besar.

Bukan sekali ini Ahmad Dahlan membuat para kyai naik darah. Dalam khotbah pertamanya sebagai khatib, dia menyindir kebiasaan penduduk di kampungnya, Kampung Kauman, Yogyakarta. "Dalam berdoa itu cuma ikhlas dan sabar yang dibutuhkan, tak perlu kiai, ketip, apalagi sesajen," katanya. Walhasil, Dahlan dimusuhi.

Langgar kidul di samping rumahnya, tempat dia salat berjemaah dan mengajar mengaji, bahkan sempat hancur diamuk massa lantaran dianggap menyebarkan aliran sesat

link untuk download film sang pencerah: belum tersedia.

Bagi yang tidak sabar untuk menonton filmnya, silahkan nonton di bioskop2 terdekat di kota anda. Bagi yang mau bersabar menunggu edisi dalam bentuk vcd/ dvd silahkan. hehe :)

Jangan Percaya yang Tertulis, Mister!

Seorang turis tampak menunggu angkutan umum di tepian jalan. Sudah begitu lama ia menunggu angkutan yang bertuliskan lokasi tujuannya. Tapi, semua angkot, begitu orang menyebutnya, yang melewatinya tidak memajang dari dan kemana tujuannya. Ia hanya mendengar teriakan sang sopir dengan satu kata yang diulang-ulang: terminat, terminal, dan terminal!

Untuk kali berikutnya, turis yang sama tampak kebingungan ketika sopir sebuah angkot memintanya turun dari angkutan umum yang ia tumpangi. Permintaan itu tampak wajar karena para penumpang yang lain sudah terlebih dahulu turun dengan sedikit pun tidak menunjukkan keberatan.

”Turun mister, kita cuma sampai sini!” tegas sang sopir sambil menoleh ke arah sang turis.

”Tapi, tujuan yang tertulis kan masih jauh?” ucap sang turis mengungkapkan kebingungannya.

”Jangan percaya yang tertulis, Mister! Kan tadi saya bilangnya cuma sampai sini!” sergah sang sopir sambil memutar balik angkotnya.

Mendengar itu, sang turis yang akhirnya terpaksa turun pun kian dibuat bingung. Mana yang harus dipegang di negeri ini: yang tertulis atau yang diucapkan?

**

Menjadi pemandangan biasa di negeri ini adanya budaya ketidakcocokan antara yang tertulis dengan yang diucapkan. Ketika sebuah layanan jasa menuliskan pengumuman ’Tidak Memungut Biaya Apa pun!’, tetap saja orang akan membayar jika sang petugas meminta.

Masyarakat negeri ini seperti sebuah komunitas desa besar yang lebih berpegang pada ucapan daripada yang sudah tertulis dalam aturan dan laporan.


*diambil dengan perubahan judul dari rubrik tafakur eramuslim

October 15, 2010

Daun Berlafal Alloh dan Muhammad Kembali Muncul...

Sejumlah warga Jalan Jelambar Utama 7 RT 02 RW 11 Kelurahan Jelambar Baru, Jakarta Barat, tiba-tiba dihebohkan dengan penemuan daun bertuliskan "Allah" dan "Nabi Muhammad" serta tulisan Arab gundul dari daun tanaman keladi milik warga setempat, Agus Kusnali (35).


Kontan saja penemuan ini membuat warga penasaran dan ingin menyaksikan keanehan itu dari dekat. Sementara itu, Agus mengaku tidak memiliki firasat apa pun saat menemukan lafal "Allah" dan "Nabi Muhammad" di tanaman miliknya. Namun, sebelum menemukan keunikan itu, dia seperti terpanggil untuk memeriksa daun itu satu demi satu.

..."Saya seperti dibisikkan untuk memeriksa pohon itu. Tak disangka, di daun terdapat corak yang menuliskan lafal 'Allah' dan 'Nabi Muhammad'....

"Saya seperti dibisikkan untuk memeriksa pohon itu. Tak disangka, di daun terdapat corak yang menuliskan lafal 'Allah' dan 'Nabi Muhammad'," tuturnya, Kamis (14/10/2010).

Untuk memastikan itu lafal "Allah", dia membawa pohon itu ke mushala untuk diperlihatkan kepada guru mengajinya. "Pak Ustaz juga meyakini corak pada daun itu berbentuk tulisan "Allah". Bahkan, setelah daun lain diperiksa, ada tulisan Arab gundul lainnya," ujar Agus.

Keanehan lain, kata Agus, tanaman jenis umbi-umbian itu telah lima kali mati. Namun, uniknya pohon itu kembali hidup meski tanpa perawatan. "Kalau sekarang saya rawat karena diminta oleh Pak Ustaz. Saya berharap keunikan ini menambah keimanan saya," katanya.

Ustaz Tulus Basuki membenarkan, corak di daun itu bertuliskan "Allah" dan "Nabi Muhammad" secara berdampingan. Adapun di daun lainnya bertuliskan "Salaamun Qaulam Mirrabir Rahim". "Itu ayat dalam Surat Yasin, artinya keselamatan untuk kita semua," ungkapnya.

Tulus mengingatkan, keunikan di tanaman itu adalah bagian dari kebesaran Allah. Dia berharap, ini tidak perlu dibesar-besarkan karena khawatir akan ada salah penafsiran sehingga menimbulkan hal yang negatif.

"Ini kebesaran Allah dan kami berharap sebagai berita baik untuk kita semua," tandasnya.

source: voice of al islam

October 14, 2010

Ikan, Laron & Semut

Aku malu pada ikan di kolam

Meski hidup di tempat yang sempit

Hanya kenal air, air dan air

Ia tak pernah merasa bosan

Ia tak pernah complain pada siapapun

Aku juga malu pada laron beterbangan

Meski hidup hanya semalam

Ia tak pernah minta tambahan

Ia juga tak pernah berkesah

Aku juga malu pada semut di sarangnya

Meski tiap hari bekerja

Ia tak pernah merasa lelah

Meski dalam gelap

Ia tak pernah diam.

Mereka semua,

Ikan itu tak pernah bosan bersama Tuhannya

Dan laron itu, hidup bersama Tuhannya

Dan semut itu, bekerja bersama Tuhannya.

Hatiku, Jiwaku & Diriku Malu

Malu pada ikan di kolam

Malu pada laron beterbangan

Malu pada semut disarangnya.

inspired by: fatih

October 13, 2010

Bulan Terbelah Tak Terbantahkan!!!

"Telah dekat datangnya saat itu dan Telah terbelah bulan". (Q.S. Al-Qomar: 1)

Ayat di atas menjelaskan kejadian terbelahnya bulan (satelit bumi) sekitar tahun ke-5 Hijrah. Terbelah berati terpisah menjadi dua bagian. Peristiwa ini merupakn mukjizat Nabi Muhammad dalam memenuhi permintaan orang-orang Quraisy. Peristiwa ini dimuat dalam berbagai kitab hadis dan sirah nabawi dari penuturan sejumlah sahabat, di antaranya adalah Abdullah bin Umar dan Abdullah bin Abbas.

Peristiwa ini dibantah oleh orang-orang Barat karena dianggap sesuatau yang mustahil dan tidak logis; “Bagaimana mungkin benda-benda angkasa terbelah menjadi dua dan kemudian menyatu kembali sebagaimana yang kita lihat sekarang.”

Namun ternyata, sejarah India dan Cina kuno (yang pada waktu peristiwa ini belum mengenal apa pun tentang Islam) telah mencatat dan menceritakan peristiwa ini. Sayyid Mahmud Syukri al-Alusi, dalam bukunya Ma Dalla 'Alaihi Al-Qur'an, mengutip dari buku Tarikh al-Yamini bawa dalam sebuah penaklukan yang dilakukan oleh Sultan Mahmud bin Sabaktakin al-Ghaznawi terhadap sebuah kerajaan yang masih menganut paganisme (musyrik) di India ia menemukan lempengan batu di dalam sebuah istana taklukan tersebut. Pada lempengan tersebut terpahat tulisan, "Istana ini dibangun pada malam terbelahnya bulan, dan peristiwa itu mangandung pelajaran bagi orang yang mengambil pelajaran."

Bukti lain diceritakan oleh Dr. Zaghlul, dalam bukunya Al-I'jaz Al-'Ilmi fi As-Sunnah An-Nabawiyah Jilid I, menceritakan tentang pengakuan seorang mualaf bernama David M. Pidcock. Pengakuan ini terjadi beberapa tahun lalu dalam satu ceramah Dr. Zaghlul di fakultas kedokteran Universitas Cardiff di Wales, Inggris Barat.

Pidcock mengatakan bahwa ayat pertama dari surah Al-Qamar ini lah yang menyebabkan ia masuk Islam di akhir dekade 70-an. Ceritanya, saat itu ia sedang melakukan kajian terhadap agama-agama dunia. Salah satu teman Muslimnya menghadiahinya Al-Qur'an dan terjemahannya. Saat pertama kalinya ia membaca, ia langsung terkejut dengan surah Al-Qamar. Karena tidak percaya bahwa bulan pernah terbelah dan kemudian menempel kembali, maka ia tutup Al-Qur'an tersebut dan meninggalkanya begitu saja.

Beberapa hari kemudian, tanpa disengaja ia melihat sebuah acara di BBC tentang perjalanan luar angkasa. Acara yang disiarkan pada tahun 1978 itu dipandu oleh penyiar Inggris terkenal bernama James Burke dengan menghadirkan tiga ilmuawan antariksa Amerika.

Dalam wawancara tersebut, dibahas perjalanan ruang angkasa yang menemukan satu fakta penting bagi mereka.. Fakta tersebut adalah bahwa sesungguhnya bulan dahulu pernah terbelah kemudian melekat lagi, dan bekas-bekas yang membuktikan cerita ini masih terlihat di permukaan bulan dan membentang hingga ke dalamanya.

Begitu mendengar penuturan ini, Pidcock lalu tersentak kaget dan teringat akan surah Al-Qamar yang ia pernah baca. Kemudian ia pun masuk Islam

diambil dengan perubahan judul dari: republika online

October 11, 2010

Profil Walikota Teladan


Ir. Joko Widodo (lahir di Surakarta , 21 Juni 1961 ; umur 49 tahun), lebih dikenal dengan nama julukan Jokowi , adalah walikota Kota Surakarta (Solo) untuk dua kali masa bhakti 2005 -2015 . Wakil walikotanya adalah F.X. Hadi Rudyatmo.

Jokowi meraih gelar insinyur dari Fakultas Kehutanan UGM pada tahun 1985. Ketika mencalonkan diri sebagai walikota, banyak yang meragukan kemampuan pria yang berprofesi sebagai pedagang mebel rumah dan taman ini; bahkan hingga saat ia terpilih. Namun setahun setelah ia memimpin, banyak gebrakan progresif dilakukan olehnya. Ia banyak mengambil contoh pengembangan kota-kota di Eropa yang sering ia kunjungi dalam rangka perjalanan bisnisnya.

Di bawah kepemimpinannya, Solo mengalami perubahan yang pesat. Branding untuk kota Solo dilakukan dengan menyetujui moto "Solo: The Spirit of Java". Langkah yang dilakukannya cukup progresif untuk ukuran kota-kota di Jawa: ia mampu merelokasi pedagang barang bekas di Taman Banjarsari hampir tanpa gejolak untuk merevitalisasi fungsi lahan hijau terbuka, memberi syarat pada investor untuk mau memikirkan kepentingan publik, melakukan komunikasi langsung rutin dan terbuka (disiarkan oleh televisi lokal) dengan masyarakat. Taman Balekambang, yang terlantar semenjak ditinggalkan oleh pengelolanya, dijadikannya taman. Jokowi juga tak segan menampik investor yang tidak setuju dengan prinsip kepemimpinannya. Sebagai tindak lanjut branding ia mengajukan Surakarta untuk menjadi anggota Organisasi Kota-kota Warisan Dunia dan diterima pada tahun 2006. Langkahnya berlanjut dengan keberhasilan Surakarta menjadi tuan rumah Konferensi organisasi tersebut pada bulan Oktober 2008 ini. Pada tahun 2007 Surakarta juga telah menjadi tuan rumah Festival Musik Dunia (FMD) yang diadakan di kompleks Benteng Vastenburg yang terancam digusur untuk dijadikan pusat bisnis dan perbelanjaan. FMD pada tahun 2008 diselenggarakan di komplek Istana Mangkunegaran

Oleh Majalah Tempo , Joko Widodo terpilih menjadi salah satu dari "10 Tokoh 2008" .
Pedagang kaki lima bukan momok, itulah pegangan Wali Kota Solo Joko Widodo ketika menata 5.817 pedagang kaki lima atau PKL di kota itu. Bagi Jokowi, sapaannya, PKL adalah potensi yang tak perlu disingkirkan.

Maka, jika di kota-kota lain PKL dikejar-kejar dan menjadi obyek penggusuran Satuan Polisi Pamong Praja, di Solo sebaliknya. Sebelum direlokasi, para pedagang diajak berdialog. Jokowi dan Wakil Wali Kota FX Hadi Rudyatmo tak hanya satu-dua kali berdialog, tetapi sampai puluhan kali bertemu para PKL.

Di kawasan Monumen 45 Banjarsari, misalnya, perlu proses dialog panjang, hingga 54 kali pertemuan, sebelum para pedagang klithikan (barang bekas) ini bersedia direlokasi.
Kata Jokowi, tugas pemerintah memberi ruang kepada pedagang kecil untuk maju, bukan menggusur mereka. ”Pemimpin yang baik adalah yang mengikuti keinginan orang yang dipimpinnya,” katanya.

"Penataan PKL adalah bentuk ekonomi kerakyatan. Biasanya penanganan yang dilakukan salah oleh pemda. Namun, kami tidak melakukan seperti itu, kami lakukan penataan membuat kawasan dan kantong-kantong PKL. Dengan usaha yang sungguh-sungguh, PKL di Solo bisa ditata bagus dan berkontribusi lebih besar untuk negara," kata dia.

Latar belakang sebagai pengusaha membuat cara pandang dia terhadap pedagang berbeda. Ketika menjadi wali kota, salah satu obsesinya adalah mengangkat status PKL menjadi saudagar.
Walau awalnya rencana relokasi sempat mendapat penolakan keras dari para PKL, dia tak mundur. Selama enam bulan Jokowi dan Hadi Rudyatmo mengajak pedagang berdialog. ”Kalau mau cepat dan gampang, bisa saja. Dengan otoritas kami, tinggal turunkan buldoser, gusur, selesai. Dalam tiga hari itu bisa rampung.”

"Kami melakukan pendekatan dengan pedagang kaki lima selama tujuh bulan sebelum melakukan perubahan. Caranya dengan makan siang dan dialog. Ternyata hal ini berhasil. Pemindahan PKL dari tempat lama tidak perlu memakai buldoser, mereka secara sukarela," paparnya.

Namun, dia memilih pendekatan lewat dialog. ”Pendekatan orang Jawa,” ia mengistilahkan.
Untuk mengetahui langsung problem pada masyarakat, Jokowi, Rudy, dan para kepala dinas setiap Jumat pagi (dua minggu sekali) bersepeda berkeliling kampung (mider-praja).
Ia lalu bercerita tentang proses pemindahan PKL dari Monumen Banjarsari ke kawasan Semanggi. ”Saya ajak pedagang makan siang atau makan malam. Mereka yang bersuara vokal kami datangi. Keinginan mereka seperti apa, kami dengarkan,” ujar pria yang dilantik sebagai Wali Kota Solo pada 28 Juli 2005 ini.

Tempat dialog mulai dari warung kecil (wedangan), pinggir jalan, lokasi PKL Banjarsari, hingga di Loji Gandrung (rumah dinas wali kota). Ketika komunikasi sudah terjalin, konsep penataan PKL disusun Pemerintah Kota (Pemkot) Solo dan disosialisasikan kepada pedagang. Proses berlanjut dengan perencanaan pembangunan, pelaksanaan, baru relokasi.

”Kalau di daerah lain, pasar dibangun setelah terbakar dulu, terus dibuat kios dan dijual. Pedagang kecil harus mengangsur sampai Rp 1 juta, ya enggak kuat,” kata Jokowi yang belakangan ini kerap diundang ke berbagai daerah sebagai pembicara relokasi PKL.
Model pendekatan dialogis dan komunikatif yang mengusung misi nguwongke wong cilik (memberi martabat pada orang kecil) membuahkan hasil. Pada Juli 2006 sebanyak 989 pedagang yang berusaha di Monumen 45 Banjarsari sejak 1998 mau pindah ke Pasar Klithikan Notoharjo, Semanggi, tanpa paksaan.

Kebijakan penataan
Ia juga menerapkan kebijakan penataan PKL di sejumlah kawasan lain. Dia membangun kios semipermanen dalam satu lokasi, tendanisasi, hingga gerobakisasi. Kerja keras Pemkot Solo tak sia-sia, kini sejumlah area di kota itu bebas PKL, seperti Stadion Manahan dan Jalan Slamet Riyadi. Bahkan, di Jalan Slamet Riyadi, pedagang makanan diberi gerobak seragam untuk mendukung city walk (kawasan khusus pejalan kaki).

Jokowi juga menata pedagang pasar tradisional. Hasilnya, pendapatan asli daerah (PAD) dari pasar yang semula Rp 7 miliar naik menjadi Rp 12 miliar. ”Dari segi ekonomi, masyarakat tetap diuntungkan. Silakan cek, harga bayam di pasar tradisional itu jauh lebih murah dibandingkan dengan di supermarket.”

Agar pasar tradisional unggul, selain menata fisik bangunan, dia juga berusaha mengubah pola pelayanan dan perilaku pedagang. ”Kesan pasar kotor dan jorok harus diubah jadi bersih dan higienis,” ucap Jokowi yang membangun rumah susun sewa untuk menggantikan kawasan kumuh.

Belum genap setahun menjadi wali kota, ia ingin membuat city walk di Jalan Slamet Riyadi. Awalnya program ini sempat ditertawakan banyak orang karena dianggap mengadopsi budaya luar. Faktanya, akhir 2007 sebagian city walk mulai dioperasikan.

Untuk mempertahankan budaya Jawa, dia usulkan penggunaan aksara Jawa untuk papan nama kantor pemerintahan, sekolah, dan pusat perbelanjaan. Pada HUT Ke-263 Kota Solo, 17 Februari 2008, Jokowi meresmikan penggunaan aksara Jawa itu.

”Dulu saya sering ke luar negeri, ke Rusia, Korea, dan China. Negara mereka sangat modern, tetapi tradisinya tetap kuat. Tulisan memakai bahasa mereka. Lho, kita di sini malah pakai bahasa Inggris.”

Program itu, lanjutnya, sejalan dengan konsep pembangunan ”Solo Masa Depan adalah Solo Masa Lalu” yang diterapkan Pemkot Solo. ”Saya ingin membantu mengubah Solo menjadi kota yang berkarakter,” ujarnya.

Dalam bidang pendidikan, ia antara lain membangun Taman Cerdas bagi anak-anak tak mampu untuk mengakses perpustakaan dan komputer.

Menyangkut fasilitas pelayanan Asuransi Kesehatan untuk Keluarga Miskin (Askeskin) yang tak mencakup semua warga, ia meluncurkan program Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Solo (PKMS) pada Januari 2008. Jadilah, setiap warga Solo di luar pemegang Askeskin, Askes, dan asuransi kesehatan lain bisa mendapat kartu PKMS yang memberi pelayanan kesehatan seperti Askeskin dengan biaya dari APBD.

Eksportir mebel
Jokowi adalah eksportir mebel sekaligus kader PDI-P meski tak aktif. Awalnya ia tak tertarik terjun langsung ke dunia politik. Namun, sekitar tujuh bulan menjelang pemilihan kepala daerah, teman-temannya mendorong dia ikut pemilihan.

”Saya pikir boleh juga sebab Solo punya potensi yang belum tergarap, mulai dari budayanya, kulinernya, hingga perajinnya. Semua itu seharusnya bisa menambah pendapatan daerah,” ucap ayah yang merasa kehilangan banyak waktu pribadi setelah menjadi wali kota, seperti jogging dan mengantar-jemput anak sekolah.

Maka, tak heran kalau saat pertama memimpin apel di balaikota ia membuat ”lelucon”. Waktu penghormatan, tangannya terlalu lama di atas, padahal semua pegawai menunggu dia menurunkan tangan.

”Setelah kejadian itu, kalau upacara, saya minta digeladi resik dulu. Maklum, 30 tahun saya enggak pernah ikut upacara ha-ha-ha.”

source: http://bloggersemarang.com

October 10, 2010

Kiat - Kiat Bangun Malam

Sebagaimana pernah saya janjikan beberapa hari yang lalu, berikut ini adalah beberapa kiat bagi kita semua agar kita bisa bangun malam untuk menunaikan 'kebutuhan' kita akan ketenangan hati, kesejukan pikiran, dan ketentraman jiwa, insyaAlloh. Silahkan disimak baik-baik, mudah-mudahan bermanfaat. aamiin.


Kiat - Kiat Bangun Malam
A. Persiapan Umum


1. Memelihara keinginan untuk senantiasa bangun malam, perkuatkan niat untuk bangun malam sebelum tidur.
2. Jangan makan terlalu banyak makan yang akan membuat perut terasa kenyang dan mengantuk.
3. Mengusahakan tidur pada siang hari beberapa saat.
4. Menjaga pandangan.
5. Menjaga diri dari berbuat maksiat.
6. Melaksanakan shalat fardhu (diutamakan shalat berjamaah di masjid), iringi dengan mengerjakan shalat rawatib.
7. Berinteraksi dengan orang-orang yang dapat membuat kita ingat kepada Allah
B. Persiapan Menjelang Tidur

Setelah melaksakanakan shalat isya (diutamakan berjamaah di masjid bagi laki-laki), lakukan aktivitas seperlunya yang bermanfaat dan diridhoi Allah. Upayakan jangan terlalu malam untuk beranjak tidur (kecuali dalam hal-hal yang baik).
“Bahwasanya Rasulullah saw membenci tidur malam sebelum (sholat Isya) dan berbincang-bincang (yang tidak bermanfaat) setelahnya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Sebelum tidur bila memungkin lakukan hal berikut:

1. berwudhu’ terlebih dahulu,
Rasulullah saw bersabda kepada Al-Barra’ bin Azib:
“Jika engkau akan pergi ke tempat tidurmu, hendaklah engkau berwudhu seperti wudhu untuk sholat.” (Muttafaq Alaih). “Apabila engkau hendak mendatangi pembaringan (tidur), maka hendaklah berwudhu terlebih dahulu sebagaimana wudhumu untuk melakukan sholat.” (HR. Bukhari)

2. bila memungkin lakukan shalat sunnah dua rakaat dan bila khawatir bangun menjelang adzan shubuh yang menyebabkan tidak melaksanakan shalat malam laksanakan shalat witir 3 atau 1 rakaat.
3. upayakan untuk senantiasa mengevaluasi diri atas apa yang telah dikerjakan sebelumnya.
4. membersihkan tempat tidur
“Jika salah seorang di antara kalian akan tidur, hendaklah mengambil potongan kain dan mengibaskan tempat tidurnya dengan kain tersebut sambil mengucapkan ‘bismillah’, karena ia tidak tahu apa yang terjadi sepeninggalnya tadi.” (HR. Bukhari, Muslim, At-Tirmidzi, dan Abu Dawud).

5. Pasang Alarm (Siapa ya yang akan bangun duluan, alarm atau kita?)

6. Lakukan tidur dengan posisi tubuh miring ke kanan

Sabda Rasulullah saw kepada Al-Barra’ bin Azib:
“Jika engkau akan pergi ke tempat tidurmu, hendaklah engkau berwudhu seperti wudhu untuk sholat, kemudian tidurlah di atas lambung kananmu.” (Muttafaq Alaih).

“Rasulullah saw apabila tidur meletakkan tangan kanannya di bawah pipi kanannya.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah)

Dari Al Barra' bin Azib ra berkata,
"Apabila Rasulullah saw berada pada tempat tidurnya dan akan tidur maka beliau miring ke sebelah kanan, kemudian membaca: "Allahumma aslamtu nafsii ilaika wawajjahtu wajhi ilaika wafawwadhtu amrii ilaika wa alja'tu zhahrii ilaika raghbatan warahbatan ilaika laa malja-a walaa manja-a minka illaa ilaika. Aamantu bikitaabikalladzii anzalta wanabiyyikal ladzii arsalta (Wahai Allah, saya menyerahkan diriku kepada-Mu, menghadapkan mukaku kepada-Mu, menyerahkan semua urusanku kepada-Mu, dan menyandarkan punggungku kepada-Mu dengan penuh harapan dan takut kepada-Mu, tidak ada tempat berlindung dan menyelamatkan diri dari siksaan-Mu kecuali hanya kepada-Mu. Saya beriman dengan kitab yang Engkau turunkan dari nabi yang Engkau utus." (HR. Bukhari).

Abu Huraira ra berkata, Rasulullah saw melewati orang yang sedang tidur dengan posisi tengkurap, beliau membangunkan orang itu dengan kakinya dan berkata,
“Ini adalah posisi yang tidak disukai Allah.” (HR. Ahmad).
“Sesungguhnya (posisi tidur tengkurap) itu adalah posisi tidur yang dimurkai Allah Azza Wa Jalla.” (HR. Abu Dawud)
7. membaca do'a sebelum tidur,

Rasulullah saw jika mau tidur berdoa,
" Bismika Allahumma Amut wa Ahyaa" (Dengan nama-Mu ya Allah aku mati dan hidup), bila bangun tidur berdoa," Alhamdulillahillazi ahyana ba'da maa ama tanaa wa ilayhinnusur." (Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah kami mati, dan kepada-Nya kami kembali." (HR. Muslim).

Rasulullah saw bersabda kepada Ali bin Abu Thalib dan Fatimah yang meminta pembantu kepada beliau,
“Maukah kalian berdua aku tunjukkan sesuatu yang lebih baik daripada apa yang kalian berdua minta? Kalian berdua hendak tidur, bacalah tasbih (subhanallah) sebanyak tiga puluh kali, bacalah hamdalah (alhamdulillah) sebanyak tiga puluh tiga kali, dan bacalah takbir (Allahu Akbar) sebanyak tiga puluh empat kali. Itu semua lebih baik bagi kalian berdua dari pada pembantu. (HR. Muslim)

Kemudian membaca surat Al Fatihah, lima ayat pertama surat Al Baqarah, ayat kursi, dan surat Al-Baqarah 2 ayat terakhir (2: 285-286).

Rasulullah saw membaca doa terakhir sebelum tidur :
"Bismikarabbii wa dho’tu jambii wa bika arfa’uhu in amsakta nafsii farhamhaa wa in arsaltahaa fahfazhhaa bimaa tahfazha bihi ‘ibaadakasshaalihiin" (Dengan Nama-Mu, ya Rabb-ku, aku meletakkan lambungku. Dan dengan Nama-Mu pula aku bangun daripadanya. Apabila Engkau menahan rohku (mati), maka berilah rahmat padanya. Tapi apabila Engkau melepaskannya, maka peliharalah, sebagaimana Engkau memelihara hamba-hamba-Mu yang shalih.” (HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, dan At-Tirmidzi).


C. Ketika Bangun Malam

1. Membaca do’a bangun tidur dan dilanjutkan dengan membaca QS. Ali Imran dari ayat 190 sampai akhir surat.
2. Segera berwudhu, jangan lupa bersiwak (menggosok gigi)
3. lakukan shalat dua rakaat yang ringan (pendek)
4. bangunkan keluarga, tetangga dan teman
5. jika mengantuk jangan lakukan shalat, tidurlah sesaat.
6. Manfaatkan malam untuk shalat, tilawah (membaca Al Qur’an), berdzikir, beristighfar, dan panjatkan doa sesuai dengan keinginan masing-masing (tentu permohonan yang baik bagi kehidupan di dunia dan akhirat)
7. Jangan lupa shalat Shubuh.


Mudah-mudahan kita bisa bangun malam dan mampu menikmati kelezatan bertaqarub (mendekatkan diri) kepada Allah.

"Dan, pada sebahagian malam hari salat tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji." (Al-Israa': 79).

source: shalat malam

Ilmu = Air Hujan

Dari Abu Musa Al Asy'ary ra., ia berkata :"Rasulullah saw bersabda :' Sesungguhnya petunjuk dan ilmu yang Allah utus aku untuk menyampaikannya adalah bagaikan air hujan yang jatuh ke tanah.Di atas tanah itu ada bagian yang subur, yakni mampu menyerap air sehingga tumbuh padanya tanaman dan rerumputan yang banyak. Ada pula diantaranya tanah keras dan mampu menahan air sehingga memberikan banyak manfaat kepada manusia; manusia mengambil air darinya untuk keperluan minum, menyiram tanaman dan irigasi. dan diantaranya ada pula tanah yang datar dan tak mampu menahan air atau menjadi tempat tumbuhnya tanaman. demikianlah perumpamaan orang yang mendalam ilmunya tentang agama Allah, sehingga ia bisa memberikan manfaat kepada orang lain, dia mempelajari ilmu dan mengajarkannya; dan perumpamaan orang yang sama sekali tak mampu menerima petunjuk yang Allah mengutusku untuk menyampaikannya." (HR Bukhari-Muslim)

October 9, 2010

Pasar Kalian Tidak Seperti Ini...


Judul tulisan ini saya ambilkan dari penggalan hadits Sunan Ibnu Majah (hadits no 2224) yang bunyi lengkapnya adalah : Rasulullah Shallallahu ‘Alahi Wasallam pergi ke pasar Nabith, lalu beliau memperhatikannya dan bersabda: "Pasar kalian tidak seperti ini". Lalu beliau pergi ke suatu pasar (yang lain) kemudian memperhatikannya dan bersabda: "Pasar kalian tidak seperti ini (juga)". Kemudian beliau kembali ke pasar ini dan mengelilinginya, lalu bersabda: "Inilah pasar kalian, maka janganlah dikurangi (hak dan timbangan, atau berlaku curang) dan janganlah dibebani dengan pajak".

Ini adalah pelajaran menarik tentang suatu proses yang dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alahi Wasallam dalam mempersiapkan pasar bagi kaum Muslimin. Beliau memperhatikan dahulu pasar-pasar yang sudah ada, setelah beliau melihat sendiri tidak ada pasar-pasar tersebut yang kondusif bagi kaum Muslimin untuk melaksanakan perdagangan yang sesuai dengan nilai-nilai Islam – maka beliau memutuskan untuk menyiapkan pasar bagi kaum Muslimin yang kemudian dalam sejarah dikenal sebagai Pasar Madinah.

Ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alahi Wasallam datang ke Madinah memang sudah ada beberapa pasar, di antaranya adalah pasar Habasyah yang khusus untuk jual beli budak, pasar Zibalah, pasar Bani Qainuqa' atau pasar Jisr, pasar Mazahim dan pasar Shafshaf.

Pasar Bani Qainuqa' adalah pasar terbesar dan teramai aktivitasnya, pasar ini dimiliki dan dikelola oleh kaum yahudi. Karena dalam kendali yahudi, sulit bagi kaum muslimin untuk memajukan perdagangannya di pasar ini, bahkan banyak di kalangan Sahabat yang dahulunya merupakan pedagang sukses di Mekah seperti Abdurrahman bin 'Auf yang awalnya terpaksa berdagang di pasar ini juga terkendala oleh para pedagang dan pengelola pasar yang yahudi ini.

Itulah sebabnya kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alahi Wasallam memutuskan untuk menyiapkan pasar bagi kaum Muslimin. Karakter atau aturan dari pasar bagi kaum Muslimin ini berdasarkan hadits tersebut diatas ada dua yaitu : "fala yuntaqashanna" dan “fala yudhrabanna”. Sulit mencari terjemahannya yang pas dalam bahasa Indonesia, tetapi kurang lebih yang pertama berarti “jangan mencuranginya , mengurangi timbangan, mempersempit (mendirikan bangunan di dalamnya, membatasi akses orang lain) dan berbagai kecurangan lainnya”. Yang kedua berarti “jangan membebaninya (dengan pajak dan sejenisnya)”.

Penafsiran hadits ini diperkuat oleh apa yang dilakukan Umar Ibn Khattab ketika menjadi Muhtasib (pengawas pasar) menggantikan peran Rasulullah Shallallahu ‘Alahi Wasallam, Umar melarang orang membangun bangunan di pasar, menandai tempatnya, atau mempersempit jalan masuk ke pasar. Bahkan dengan tongkatnya Umar menyeru “enyahlah dari jalan” kepada orang-orang yang menghalangi orang lain masuk ke pasar. Kemudian Umar mempertegas dasar-dasar pengelolaan pasar bagi kaum muslimin ini dengan pernyataannya yang terkenal “Pasar itu menganut ketentuan masjid, barang siapa datang terlebih dahulu di satu tempat duduk, maka tempat itu untuknya sampai dia berdiri dari situ dan pulang kerumahnya atau selesai jual belinya”. Tidak ada yang meng-kapling shaf di Masjid, maka demikian pula di pasar.

Berbekal hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alahi Wasallam dan apa yang dilakukan oleh Umar Ibn Khattab tersebut diatas yang kemudian menjadi ciri khas pasar bagi kaum muslimin yaitu kesamaan atau kebebasan akses untuk berjualan di pasar bagi seluruh kaum Muslimin (tidak dikapling oleh pihak yang mampu/kuat saja) dan tidak adanya beban-beban yang memberatkan seperti pajak dan sejenisnya; maka kinipun kita bisa meniru Rasulullah Shallallahu ‘Alahi Wasallam dalam melakukan observasi ke pasar-pasar yang ada di jaman modern ini, sebelum kita tiru pula bagaimana nantinya Pasar Madinah bisa kita hidupkan kembali.

Dalam skala mikro, saya sempat melakukan observasi di pasar sekitar saya yang disebut pasar Modern atau Mal dan juga pasar ‘Kaget’ yang muncul setiap hari Ahad. Di mal yang saya kunjungi misalnya, saya mau menyewa salah satu unit yang kiranya cocok untuk jualan pakaian yang diproduksi anak perempuan saya. Ini mal bukan di pusat kota Jakarta, ini mal di kota-kota pinggiran Jakarta. Yang mengejutkan saya adalah biaya sewa rata-rata yang diatas Rp 320,000/m2 per bulan (termasuk service charge). Kalau anak perempuan saya membutuhkan tempat sekitar 60 m2 untuk berjualan misalnya, maka dibutuhkan uang sewa sekitar Rp 19.2 juta per bulan atau Rp 230 juta/tahun ! – siapa pemula yang kuat membayarnya ?.

Dari mahalnya biaya sewa untuk tempat seperti ini, bisa kita bayangkan – bagaimana kita bisa mengangkat ekonomi umat kebanyakan seperti kita – bila untuk berdagang di tempat yang layak saja kita harus kaya dahulu, sehingga mampu menyewa tempat-tempat tersebut ?.

Seandainya toh kita punya uang untuk menyewanya; belum tentu kita bisa menyewanya pula oleh kendala yang lain lagi yang sangat pro orang kaya/pengusaha besar. Di lain kesempatan saya datang ke mal yang sama; melihat unit-unit di lantai dasar di deretan restoran dengan nama besar – franchise internasional – masih ada beberapa yang kosong (sampai hari ini juga masih kosong) , saya mencoba menyewa tempat tersebut untuk exercise project restaurant dari program Pesantren Wirausaha Daarul Muttaqiin; apa yang dikatakan oleh sales girl dari mal tersebut ke saya sungguh mengusik saya – dia bilang tempat di prime area di deretan restaurant franchise internasional tersebut – hanya diperuntukkan bagi restaurant-restaurant yang sudah punya nama besar. Ketika dia bertanya ke saya di mana saja out let restaurant yang sudah saya punya – maka tentu saja saya belum punya; ini justru baru belajar untuk yang pertama.

Kemudian saya lihat ada peluang lain, yaitu di pasar kaget yang muncul setiap hari Ahad tidak jauh dari rumah saya; saya mencoba ngajari pegawai laki-laki saya agar mampu meningkatkan taraf hidup dengan berjualan di pasar kaget tersebut. Dia pandai berjualan, hanya dengan berdiri di pasar kaget tersebut dia bisa berjualan banyak produk. Namun ketika saya minta dia mencari tempat yang agak baik dan leluasa sehingga bisa jualan dagangan yang lebih banyak lagi, ternyata apa yang terjadi ?, semua tempat sudah di ‘kapling’ oleh masing-masing pedagang. Jadi di pasar kaget sekalipun akses pasar ini tidak leluasa karena telah melembaganya system ‘kapling’ – yang entah duitnya lari kemana.

Seperti halnya kendala dalam skala mikro; skala makro di perdagangan global – masalahnya kurang lebih sama. Negara yang miskin sulit sekali menyaingi negara-negara yang lebih dahulu mapan, karena tanpa kita sadari negara-negara kaya tersebut juga telah meng-kapling pasarnya masing-masing. Bahkan dengan canggihnya mereka mampu mengkapling otak kita agar pro dengan produk-produk mereka – bukan produk kita sendiri.

Setelah 65 tahun merdeka misalnya, kita masih meng-impor 99.5% kapas untuk industri tekstil dalam negeri. Mengapa demikian ?, Karena pikiran kita sudah ‘dikapling’ oleh mereka bahwa bahan alami tekstil ya kapas. Meskipun negeri ini tidak bisa memproduksi kapas sekalipun (hanya 0.5 % saja dari kebutuhan yang bisa kita hasilkan sendiri) – ya pokoknya harus kapas, harus impor hampir keseluruhannya-pun jadilah asal dapat kapas !.

Seandainya saja kita bisa berpikir out of the box sejak awal kemerdekaan, bahwa untuk bahan alami tekstil adalah serat; tetapi serat tidak harus kapas. Maka berbagi riset dan pengembangan di negeri ini insyaAllah sudah akan menghasilkan bahan alami tekstil yang bahkan lebih baik dari kapas karena mendekati serat sutra – kita bisa gunakan serat gedebog pisang misalnya.

Contoh lain adalah impor tepung terigu atau gandum yang mencapai 100% darti kebutuhan negeri ini, lha wong gandum tidak tumbuh di isini. Memang para pakar kita sedang mengupayakan agar gandum (yang sesungguhnya merupakan tanaman sub-tropis) bisa ditanam di negeri tropis kita ini dengan belajar dari India dan membawa bibit hard wheat yang konon bisa tumbuh di daerah-daerah tertentu di Indonesia dengan ketinggian diatas 800 m dari permukaan laut; namun pertanyaannya adalah mengapa harus bersusah payah dengan gandum yang aslinya adalah tanaman sub-tropis?. Lantas dimana makanan asli bangsa ini yang dahulu kita pelajari di SD bahwa selain makan nasi dari beras, bangsa ini punya sumber bahan pangan lain seperti tepung gaplek, sagu, jagung, dan sumber tepung yang tidak kalah enaknya dibandingkan dengan terigu seperti tepung garut atau arerut. Bahkan di jaman ini juga banyak potensi lain untuk menggantikan terigu (minimal sebagiannya) seperti MOCAF (Modified Cassava flour), tepung pisang dlsb. ?.

Kita tidak swasembada dalam kebutuhan kapas dan gandum dalam contoh diatas; karena memang oleh para pemasar global kita telah dijadikan pasar raksasa yang sudah terlalu lama mereka nikmati – mereka tentu tidak ingin kita bisa menggantikan dua kebutuhan tersebut diatas dengan hasil karya kita sendiri.

Wal hasil, secara mikro maupun makro – umat Islam yang penduduknya mayoritas di negeri ini hanya menjadi target pasar bagi sebagian kecil penduduk yang bisa mengakses pasar; dan dalam perdagangan global kitapun hanya dijadikan target yang bahkan selama 65 tahun merdeka belum sempat berpikir lain untuk bisa swasembada dalam beberapa kebutuhan hajat hidup seperti kapas dan gandum tersebut diatas.

Seandainya Rasulullah Shallallahu ‘Alahi Wasallam melihat pasar-pasar yang ada di jaman kita sekarang, baik yang mikro maupun yang makro , maka kemungkinan besarnya beliau akan bersabda yang sama “Pasar Kalian Tidak Seperti Ini…”; namun beliau tidak ada di sekitar kita, dan nampaknya belum ada pemimpin negeri ini dari tingkat pusat mapun daerah yang peduli terhadap kebutuhan kaum Muslimin untuk memiliki pasar sendiri sebagaimana pedulinya Rasulullah Shallallahu ‘Alahi Wasallam terhadap umatnya – maka siapa lagi yang bisa membangun pasar bagi kaum Muslimin ini selain kita-kita sendiri ?.

Untuk itulah gagasan mengikuti jejak Rasulullah Shallallahu ‘Alahi Wasallam dalam pendirian pasar ini terus kami gulirkan dan sosialisaikan di berbagai kalangan. Lumayan banyak yang mulai tertarik untuk ikut memikirkannya dan siap berkontribusi dalam project Pasar Madinah yang kami canangkan. Bagi Anda yang tertarik bergabung dalam acara vision sharing project ini dapat pula joint di event tanggal 25 September 2010 ini yang sudah kami umumkan sebelumnya di event facebook GeraiDinar. Dengan Collective Intelligence kita bersama, insyallah bisa kita pecahkan dan implementasikan prinsip-prinsip "fala yuntaqashanna" , “fala yudhrabanna” dan pengelolaan pasar yang mengikuti ketentuan pengelolaan masjid – yang paling sesuai dan applicable di zaman modern ini.

Sambil kita berusaha melahirkan kembali Pasar Madinah yang diharapkan bisa memberi peluang luas bagi penduduk mayoritas negeri ini untuk bisa berdagang dan mentas dari kemiskinan, bagi yang sudah mampu berdagang di berbagai pasar yang ada juga tidak perlu menunggu lahirnya Pasar Madinah untuk berdagang secara maksimal dengan menerapkan nilai-nilai Islam dalam meraih kejayaan ekonomi umat. Untuk inipun kita bisa belajar dari Rasulullah Shallallahu ‘Alahi Wasallam dengan para sahabatnya.

Dalam Shahih Bukhari Ibnu ‘Abbas Radliallahu ‘Anhuma berkata : “ Ukazh, Majannah dan Dzul Majaz adalah nama-nama pasar di jaman Jahilliah. Ketika Islam datang mereka (kaum muslimin) seakan-akan merasa berdosa bila tetap berdagang di pasar-pasar tersebut. Maka turunlah firman Allah Ta’ala di Al Qur’an surah Al –Baqarah ayat 198 : ‘Tidak ada dosa bagi kalian jika mencari rizki Rabb kalian...’ Ini dilakukan selama musim haji, menurut Ibnu ‘Abbas Radliallahu ‘Anhuma.”

Sudah barang tentu berdagang di pasar yang tidak dikelola secara Islami akan dijumpai banyak kendala bagi kaum Muslimin yang berusaha menerapkan syariah dalam bermuamalah di pasar-pasar tersebut, oleh karenanya upaya untuk melahirkan kembali nilai-nilai dan system pengelolaan Pasar Madinah perlu ada yang merintisnya. Setidaknya upaya ini kita mulai, biarlah Allah sendiri yang menuntunnya sampai kemana hasilnya kelak.

Semoga kelak kitapun bisa meniru Rasulullah Shallallahu ‘Alahi Wasallam dalam berucap kepada saudara-saudara kita kaum Muslimin : “….Inilah pasar kalian, maka janganlah dikurangi (hak dan timbangan, atau berlaku curang) dan janganlah dibebani dengan pajak”. Amin

source: pahami