August 11, 2009

Malam Nisfu Sya’ban


Sang mentari sempurna sudah bersembunyi di ufuk barat, sang mega merah di langit pun mulai terusir hitamnya malam. Meskipun ada ribuan bahkan jutaan bintang, hanya beberapa yang tampak bersinar, sisanya tak kuasa melawan jarak yang begitu jauh dari bumi ini. Dari balik awan, sang bulan, meskipun nampak purnama penuh, masih malu-malu mengintip. Semeribit angin meniup-niup lembut daun pepohonan yang tengah asyik bertasbih mensucikan asma-Nya.
Di beberapa tempat di muka bumi-Nya ini, berkerumun orang-orang. Di masjid di depan kontrakkanku juga banyak orang yang sedang berkumpul. Pakaiannya bersih, rapi meski masih terkesan seadanya. Sebagian besar laki-laki yang memakai baju ’koko’ dan kain sarung lengkap dengan pecinya, sisanya ibu-ibu, beberapa anak remaja dan anak-anak. ”Mau sholat ’nisfu’”, demikian kira-kira jawaban mereka kalau ditanya mau ngapain pada ngumpul di masjid?
Pikirku melayang-layang, kapan kira-kira peristiwa seperti itu aku jumpai lagi. Ya, aku ingat, orang-orang kampung berkumpul di masjid pada malam 'nisfu sya’ban’, pada malam-malam awal bulan Romadhon, pagi hari idul fitri dan idul adha, malam-malam peringatan ‘muludan’ dan ‘rajaban’. Selebihnya jarang sekali aku jumpai pemandangan seperti itu. Orang-orang kampung, laki-laki, perempuan, tua, muda sampai anak-anak semua keluar rumah untuk pergi ke masjid.
“Alhamdulillah,” gumamku dalam hati, “masih banyak orang yang mau datang ke masjid”. Ya meskipun hanya pada waktu dan acara tertentu setidaknya mereka masih ingat dengan masjid. “Kenapa tidak semua malam itu malam nisfu?” pertanyaan bodoh itu tiba-tiba muncul dalam pikiranku, “atau tiap malam diadain ‘muludan’, ‘rajaban’, kan seru tuh tiap malam banyak orang yang berbondong-bondong pergi ke masjid.” Ah... dasar pikiran bodoh, mana mungkin tiap malam itu ‘muludan’, ‘rajaban’, atau ‘nisfu sya’ban’.
“Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.” (QS. Yunus: 5)
Maha Besar Alloh yang telah menciptakan matahari dan bulan dengan orbitnya masing-masing.
Idealisme-ku berontak, mengapa hanya pada malam-malam tertentu saja kita bersemangat pergi ke masjid? Apakah Islam menganjurkan pergi ke masjid hanya pada waktu-waktu tertentu saja? Tidakkah mereka pernah mendengar ancaman Rosululloh tentang rumah yang ada kaum laki-lakinya tapi tidak sholat berjamaah? Tidakkah mereka tau tentang kisah seorang buta yang bertanya kepada Rosululloh tentang kewajiban sholat berjamaah?
Wallohu a’lam
-mazchay-